Memahami dan Menganalisis Tiga Teori Ekonomi Digital (Disruptive Innovation, Creative Destruction dan Sustaining Innovation)
DOI:
https://doi.org/10.63822/kta2m271Keywords:
Ekonomi digital, disruptive innovation, creative destruction, sustaining innovationAbstract
Di era digital saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan perubahan struktural yang signifikan dalam lanskap ekonomi global. Munculnya internet, kecerdasan buatan (AI), big data, Internet of Things (IoT), blockchain, hingga teknologi cloud, secara kolektif membentuk apa yang kini dikenal sebagai ekonomi digital. Fenomena ini telah mengubah cara konsumen berperilaku, cara perusahaan beroperasi, dan bahkan bagaimana pemerintah merumuskan kebijakan. Secara riil, kita menyaksikan pergeseran besar dari model bisnis konvensional menuju model yang lebih terotomatisasi dan berbasis platform. Contoh nyata dari perubahan ini dapat dilihat pada sektor transportasi dengan hadirnya layanan ride-hailing seperti Gojek dan Grab yang mengganggu industri taksi konvensional (disruptive innovation), atau dalam sektor ritel dengan naiknya dominasi e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak yang secara perlahan menyingkirkan banyak toko fisik tradisional. Hal serupa terjadi di industri media, di mana platform streaming seperti Netflix dan YouTube menggantikan peran media televisi konvensional, serta di sektor keuangan, di mana fintech dan layanan dompet digital mulai menggantikan fungsi perbankan tradisional. Ketika inovasi-inovasi ini muncul, mereka tidak hanya menawarkan efisiensi dan kenyamanan bagi pengguna, tetapi juga menimbulkan konsekuensi serius bagi para pelaku industri lama yang gagal beradaptasi. Inilah yang dijelaskan dalam konsep creative destruction, yakni sebuah proses di mana inovasi menghancurkan sistem lama dan membuka jalan bagi sistem baru. Banyak perusahaan yang dulunya dominan, seperti Kodak, Nokia, atau bahkan Blockbuster, kini tinggal nama karena gagal menangkap perubahan tren dan teknologi.Namun tidak semua inovasi bersifat destruktif. Banyak perusahaan besar saat ini justru mengandalkan sustaining innovation yakni inovasi yang bertujuan memperbaiki produk, layanan, atau proses yang sudah ada. Apple, misalnya, terus memperbarui iPhone dengan fitur-fitur yang lebih baik tanpa mengubah model bisnis utamanya. Demikian pula, perusahaan otomotif seperti Toyota dan BMW melakukan inovasi berkelanjutan pada teknologi mesin dan desain, sebagai strategi mempertahankan posisi di tengah kemunculan mobil listrik dan otonom. Ketiga teori ini disruptive innovation, creative destruction, dan sustaining innovation bukanlah konsep yang berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi dan menjelaskan bagaimana inovasi memengaruhi siklus kehidupan bisnis dalam konteks ekonomi digital. Memahami ketiganya tidak hanya relevan bagi para akademisi atau peneliti, tetapi juga sangat penting bagi para pelaku bisnis, start-up, investor, bahkan pembuat kebijakan agar mampu membuat strategi adaptif yang sesuai dengan dinamika zaman. Di tengah ketidakpastian dan percepatan teknologi seperti sekarang, analisis terhadap teori-teori ini menjadi semakin penting. Dunia sedang bergerak menuju model ekonomi berbasis data dan algoritma, dan siapapun yang tidak siap berinovasi baik secara destruktif maupun berkelanjutan berisiko tertinggal atau tergilas oleh perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis lebih dalam ketiga teori tersebut sebagai kerangka berpikir dalam memahami ekonomi digital masa kini dan masa depan.
Downloads
References
Christensen, C. M. (1997). The Innovator’s Dilemma: When New Technologies Cause Great Firms to Fail. Boston, MA: Harvard Business School Press.
Christensen, C. M., & Raynor, M. E. (2003). The Innovator’s Solution: Creating and Sustaining Successful Growth. Boston, MA: Harvard Business School Press.
Christensen, C. M., Baumann, H., Ruggles, R., & Sadtler, T. M. (2006). Disruptive Innovation for Social Change. Harvard Business Review, 84(12), 94–101.
Hanelt, A., Hildebrandt, B., & Polier, J. (2021). Uncovering the theoretical core of digital transformation: A meta-review of the literature. Journal of Business Research, 122, 725–738. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2020.09.022
Klenner, P., Hüsig, S., & Dowling, M. (2013). Ex-ante evaluation of disruptive susceptibility in established value networks—When are markets ready for disruptive innovations? Research Policy, 42(4), 914–927. https://doi.org/10.1016/j.respol.2012.10.017
Reinhardt, R., & Gurtner, S. (2018). Disruptive innovations and their effect on the competitiveness of business models in the digital era. Journal of Business Models, 6(3), 17–25.
Schumpeter, J. A. (1942). Capitalism, Socialism and Democracy. New York: Harper & Brothers.
Schumpeter, J. A. (1934). The Theory of Economic Development: An Inquiry into Profits, Capital, Credit, Interest, and the Business Cycle (R. Opie, Trans.). Cambridge, MA: Harvard University Press.
Yu, D., & Hang, C. C. (2010). A Reflective Review of Disruptive Innovation Theory. International Journal of Management Reviews, 12(4), 435–452. https://doi.org/10.1111/j.1468-2370.2009.00272.x
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Fadhil Wafa, Aji Damanhuri (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.